Monday, April 14, 2003

Ketika Kail Bersambut

Akhirnya waktu yang ditentukan datang juga.
Tumpukan majalah sumbangan Mbak Indri, Meina, Ellen dan Harti
yang sudah teronggok beberapa lama di sudut rumah Rini
akhirnya jadi juga dipindahkan ke mobil Meina untuk dijual.
(Tenang, Harti, majalah Bobo dan Princess-mu akan digunakan
untuk acara anak-anak suatu hari nanti dan tidak untuk dijual).
Bak penjual handal, majalah-majalah itu ditumpuk
berdasarkan judul dan dimasukkan ke dalam kardus.
Tidak lupa pouch kosmetik sumbangan Harti siap pula untuk dijual.
(O ya. kami menerima 1000 pouch kosmetik dari Harti. Siapa mau bantu menjualkan?)
Di mobil, kami display majalah dengan sangat menarik untuk memudahkan konsumen kami.
Bak pemasar handal, sebelum pergi, kami berembuk tentang target pasar dan lokasi distribusi.
dan dengan teknik menjual ala kadarnya kamipun berangkat dengan optimisme tinggi.
Keliling Jakarta Selatan dengan iringan lagu potret yang membahana
untuk sekedar penambah semangat berdagang

Akhirnya lokasi ditetapkan sudah.
Sebuah SDN 03 Pejaten jadi sasaran pertama.
Kami parkir di depan sekolah yang sudah bubaran
kebetulan waktunya pas sekali dengan jam bubaran anak-anak SMU target kami yang pertama.
"aku nggak bisa marketing" kata Kukuh
ketika kami memintanya bergabung untuk menawarkan barang dagangan.
tapi dengan semangat dan kemampuannya mengamati apa yang dilakukan teman-temannya,
ia pun tak segan-segan mengajak orang-orang yang lalu lalang
untuk sekedar mampir ke bagasi mobilnya untuk memilih dan melihat-lihat
"Ayo beli kisah nyata pemotongan ayam" ujarnya sambil menawarkan majalah Seru!
padahal ia tahu pasti judul artikel dalam majalahnya tidak ada yang seperti itu.
Ia juga menyebarkan flyer
yang menjelaskan uang hasil penjualan majalah ini
akan digunakan untuk membeli buku cerita anak-anak taman bacaan keliling kami
Bukan itu saja, iapun menggelar kain di dekat pintu masuk sekolah dan menggelar majalah remajanya disana
bak kacang goreng, 74 ribu segera pindah tangan dalam waktu kurang dari sejam.
termasuk beberapa pouch kosmetik yang laku terjual.
Sementara Bobby sibuk mengamankan lokasi dan jalan
agar mobil kami tidak mengganggu lalu lintas di jalan itu.
Kalau di KOMPAS dikatakan "daya baca masyarakat sangat rendah"
pasti yang disurvei bukan masyarakat Pejaten.
mungkin majalahnya yang tidak terjangkau oleh mereka
mungkin karena tidak sesuai dengan minat mereka
entahlah...

Senang karena barang dagangan laku keras,
Kami pindah ke UNAS. Berharap hal yang sama bisa terulang disana.
Kali ini majalah dewasa yang akan ditawarkan.
Seluruh pelosok kampus sudah dijajahi,
tapi kami kalah dengan acara invitasi bola basket yang sedang digelar disana
akhirnya kami pindah ke SMA28, ke Gelanggang Olah Raga Ragunan dan berakhir di Stasiun Pasar Minggu.
Di Stasiun, ada beberapa pedagang yang memang berjualan majalah bekas.
Kami tau, majalah yang dijual disana tidak terlalu tinggi harganya.
Mungkin tidak setinggi harga jual yang kami tawarkan di depan SD tadi.
Tapi, waktu sudah menjelang sore dan target harus terpenuhi.
Mau tau targetnya? Mobil Meina harus bersih dari Majalah yang kami bawa!
tentu tidak mudah... perlu lebih kerja keras.
Bak penyelundup majalah, kami bertransaksi dengan pedagang majalah itu.
Mereka menekan harga dengan rendahnya
tak peduli jika kami melakukan ini untuk alasan beramal
Seorang Pedagang mengajakku menjauhi tempatnya berjualan
dengan bisik-bisik, ia mengatakan ingin membeli majalahku
dengan gayanya yang menyebalkan, ia menawar dengan sangat murah
"Yah segitu deh, kalo enggak ya maap aja" katanya sambil acuh dan tak butuh
"daripada enggak laku kan Neng..."
Yah, memang dari pada harus menjadualkan lagi hari sabtu kami untuk berjualan majalah
aku ingat motto kami pagi tadi
"yang penting mereka ikhlas membelinya"
akhirnya 5 majalah berpindah tangan.
Seorang pedagang yang lain dengan mudahnya menetapkan harga.
Padahal aku tau persis ia senang sekali dengan majalah yang aku tawarkan.
Masih terbitan Februari 2003 sekitar 10 judul tanpa lecek pula.
dan matanya tambah berbinar ketika 30 majalah berpindah tangan.
"Untung besar!" pikirnya...
tapi sudahlah, yang penting majalah kami laku terjual
dan bukan habis karena diloakkan.
Usai dari stasiun, ternyata mobil kami diserbu anak-anak SMU
mereka sibuk memilih majalah remaja
mungkin dulu ketika aku masih remaja, aku suka susah menentukan pilihan
itulah yang terjadi dengan mereka.
Butuh beberapa menit untuk memutuskan majalah mana yang akan dibeli
tapi semoga pilihan mereka tidak keliru
semoga majalahnya berguna

Dari Stasiun Pasar Minggu kami pindah ke Kramat Jati
ke sebuah kios "Mawar"
Transaksipun terjadi
mereka dengan serta merta mengangkuti seluruh persediaan majalah
bahkan majalah "Garuda" berpindah tangan
tapi majalah "A+" dan "Neo"
tidak diterimanya.
mungkin karena peminat "A+" dan "Neo" di Kramat Jati tidak banyak.

Usai sudah perjuangan kami hari itu
"247 ribu!" angka itu dibacakan didalam mobil disertai tepuk tangan yang meriah
meng-acknowledge kami atas perjuangan hari itu.
Jika ditambah penjualan minggu lalu,
genaplah kami miliki "303 ribu" harta karun kami bulan ini.
"Wah kita bisa beli terpal, Rin!"
Maklum, taman bacaan kami memang belum punya terpal sendiri
Biasa nyewa atau meminjam
tentu menyenangkan jika kami punya terpal sendiri
terpal hasil keringat sendiri
Begitulah jika kail yang diberikan untuk kami
kepuasan karena mendapatkan ikan yang diperoleh dengan susah payah
Menambah daftar pengalaman hidup yang kami miliki

Terima kasih untuk Mbak Indri, Meina, Ellen dan Harti
Terima kasih untuk majalah : Komputer aktif, Hot games, Seru! kawanku, Gadis, Aneka, Femina, Nova, Aura, Vogue, A+, Djakarta, Kosmopolitan, Her World, Female, Male Emporium, Dewi, Neo, Garuda, Hello Bali, jakarta kini, Indonesia Tattler, The Peak, Far East Economic Review, Gatra, Tempo, Business News, Matra, Fit, Nirmala, Kartini, Selebriti, Focus, E-Commerce, Business-online, Ezy Health, Adhesive Age, Chief Executives, Properti Indonesia, Forbes, Preference, Style, Executive Digest, Forum, Gamma, SWA, dan masih banyak lagi... (capek ngetiknya...) yang telah disumbangkan pada kami.... semoga tidak bosan menyumbangkannya lagi (jika ada).

--------------------------------------------------------------
"Well done is better than well said."
--Benjamin Franklin