Thursday, September 23, 2004

Kegiatan Sosial : Makhluk Apakah?

Hampir tiga tahun ini aku dikenalkan dengan kegiatan social. Bagaimana saya terjun di kegiatan sosial, aku juga sudah tidak ingat lagi. Waktu itu kalau tidak salah, bulan Ramadhan 1420 H ketika seorang teman mengajak saya berbagi dengan sesama dengan cara membagikan nasi bungkus menjelang Maghrib di sepanjang jalan-jalan di Jakarta. Kami hanya berempat namun pengalaman hari itu sungguh merupakan pengalaman yang tidak terlupakan bagi saya.

Selepas hari itu, banyak ide dan gagasan mampir dikepala saya. Mengapa saya tidak membuat sendiri kegiatan sosial semacam itu? Ternyata beberapa kawan baik sayapun memiliki ide yang sama. Kami lantas berembug dan memilih kegiatan yang paling kami minati.

Ternyata buku dan anak-anak adalah yang ada di prioritas pertama kami. Mengapa anak-anak? Karena sebelumnya saya dan beberapa teman-teman adalah relawan sebuah kegiatan di Taman Margawatwa Ragunan. Berhubungan dengan anak-anak di kegiatan kerelawanan kami itu sangatlah menyenangkan dan berkesan. Mengapa buku? Karena buku-buku dirumah kami banyak sekali dan buku tersebut sudah jarang kami baca. Alangkah nikmatnya jika anak-anak di kawasan kumuh atau yang kurang mendapatkan akses buku dapat menikmati buku yang berkualitas, pikirku waktu itu.

Berkegiatan sosial itu ternyata menyenangkan. selain mengasah kepekaan kita terhadap orang lain, juga mengasah batin dan memperkaya diri dengan pengalaman spiritual. Mungkin ini jawabannya mengapa hingga sekarang aku masih terus melakukannya.



Kegiatan sosial yang aku lakukan bersama teman-teman adalah hal kecil yang aku yakin juga pasti bisa dilakukan oleh orang-orang lainnya, termasuk anda.

Ya. Kenapa tidak mulai dari sekeliling kita. Tengok kiri kanan depan belakang rumah kita, apakah mereka ada yang berkekurangan dan apakah kita punya sesuatu untuk diberikan. Bentuknya mungkin bukan materi, mungkin hanya kasih sayang, atau bahkan teguran selamat pagi. Terkadang ucapan itu cukup. Atau mungkin sapalah orang-orang yang ada di Halte. Berikan senyuman terindah yang anda miliki. Aku percaya dengan perbuatan kecil itu, bisa membuat orang menjadi ramah, dan bayangkan efeknya untuk kota ini. Hmmm.... kapan ya pandangan curiga orang-orang di Halte bisa menjadi pandangan penuh kasih sayang kepada sesamanya??? Well, kenapa enggak dicoba???

(RN)