Saturday, August 14, 2004

Berbagi bersama korban kebakaran

“Mul, kamu dimana, Mul?”

“Mul, Rumah kita kebakar,Mul”

Tulisan itu membuat bulu kudukku berdiri. Siapa Mul? Siapa Dia yang namanya ditulis dengan arang di dinding itu? Agak sulit aku bernafas dengan bebas ditempat itu, udara disekelilingku begitu pengapnya, bau kayu dan arang masih begitu kental disana-sini, kulitku dan bajukupun ikut-ikutan bau seperti ada sesuatu yang terbakar. Dinding-dinding rumah hanya tinggal setengah, disekelilingnya banyak sekali reruntuhan, sisa-sisa puing dan kayu-kayu terkabar menjadi arang. Aku sempat takjub melihat betapa banyaknya arang yang ada disana. ”Arang....., pasti dari pembakaran kayu”, pikirku, yang berarti sebagian dari rumah ini terbuat dari kayu. Mungkin dulunya bangunan lantai dua disana terbuat dari papan dan kayu. Who knows?

Kompleks bangunan yang terbakar itu letaknya di RW03 Kelurahan Karang Anyar, Gunung Sahari. Rumah-rumah disana berbentuk petakan yang hanya berukuran 3X4 meter dengan sebuah kamar mandi dan dapur kecil di sudut. Rumah-rumah lainnya rasanya sama asja ukurannya. Tepat tiga hari yang lalu (12/8), 48 rumah di lokasi ini terbakar dengan hebatnya. Dikatakan hebat karena ”hanya” satu kotak besar yang terbakar. Lokasi ini terkepung diantara tingginya dinding-dinding yang memisahkan rumah-rumah ini dengan rumah lain disekitarnya. Dari jalan masuk, siapa yang mengira ada kebakaran dibaliknya?

Baru tiga hari kebakaran menyapa tempat ini, 48 keluarga harus tinggal di rumah tetangganya, tetapi mereka tidak bersedih terlalu lama. Mereka bergiat diri membersihkan puing-puing disekitar rumah mereka, membersihkan sisa-sisa arang dan reruntuhan.

Yang menarik dari kejadian ini adalah kesigapan dan bantuan yang diberikan oleh para tetangga. Mereka bersedia menampung tetangganya, memasakkan makanan untuk mereka, dan mengkoordinir penggalangan bantuan. Satu meja kecil disediakan untuk menampung bantuan ala kadarnya dari mereka yang ingin berbagi dengan sesamanya. Tidak banyak yang disumbangkan KKS Melati pada hari itu, tetapi semangat berbagi yang mereka miliki tampaknya menulari kami yang berkunjung kesana.

Semangat berbagi dan membantu, mungkin tidak banyak ada di Jakarta ini, meskipun aku masih teringat slogan ”Gotong Royong” yang pernah ada sewaktu aku kecil dulu. Entah kemana perginya gotong royong itu, tapi tampaknya masyarakat di Gunung Sahari tidak berpikir begitu.

Semoga tulisan ini bisa mengajak anda berempati, berbagi, dan mensyukuri hidup yang anda miliki hari ini.

Mari berbagi, mari peduli.

(ditulis Rini,14 Agustus 2004, kks_melati@yahoo.com)