Wednesday, August 20, 2003

Sekolah Anak Jalanan Belajar di Kebun Raya Bogor

Juki hari ini senang sekali. Ia adalah satu diantara 118 teman-temannya yang bersekolah di Sekolah Anak Jalanan di bawah jembatan tol Gedong Panjang, Kampung Kakap. Sekolah Anak Jalanan atau disingkat SAJA yang didirikan di kolong jembatan tol Gedong Panjang, yang terletak di Kampung Kakap, Jakarta Utara ini diperuntukkan bagi anak-anak yang tinggal di kolong jembatan tol Gedong panjang dan sekitarnya. Kepada mereka, sekolah tidak memungut biaya.

Jumlah anak-anak disana sekitar 450 anak, yang masuk usia sekolah tahun ajaran 2003/2004 ini berjumlah sekitar 118 anak. Mereka inilah yang bersekolah di SAJA, yang saat ini terbagi menjadi 3 kelas, yaitu TK A, TK B dan SD.

Sekolah ini berada dalam sebuah kawasan pemukiman padat yang dihuni oleh sekitar 200 kepala keluarga yang pekerjaan sehari-harinya tidak tentu (marjinal). Keluarga ini tinggal di rumah-rumah berdinding papan dan beratap beton jalan tol. Kehidupan disekitar rumah mereka tidak ditata dengan baik dan tidak sehat. Ada 150 pintu dibawah kolong jembatan ini, dan disetiap pintunya bisa dihuni lebih dari 1 keluarga. Bisa dibayangkan, luas tempat hunian di sebuah pintu di bawah kolong jembatan, sangat sempit. Orang-orang yang tinggal di kolong jembatan ini terdiri dari berbagai macam kalangan dari mulai buruh, tukang koran, tukang becak, PSK, bahkan mungkin preman dan penjahat ibukota tinggal disini.




Juki tahu bahwa tanggal 27 Juli 2003 ini akan belajar diluar kelas. Kali ini ia dan teman-temannya akan belajar di Kebun Raya Bogor (KRB) bersama kakak-kakak relawan dari KKS Melati, sebuah Kelompok Kerja Sosial yang terdiri dari relawan muda.

Pagi-pagi benar mereka sudah tiba di Rumah Anggrek KRB. Rumah Anggrek ini memiliki Koleksi kurang lebih 10.000 spesimen dari 900 species dari 100 genera. Di halaman depan rumah anggrek mereka belajar tentang jenis anggrek epifit yang tumbuh di pot dan di cabang kayu. Misalnya Cattleya dan Dendrobium. Ada juga anggrek tanah (terrestrial) warna-warni yang ditanam di tanah atau tempat terbuka. Ada Arachnis dan ada pula Aranda.

Di halaman Rumah Anggrek anak-anak dikenalkan dengan seorang “Raja Pohon” yang diperankan oleh seorang relawan kami, Dimas namanya. Setiap kali “Raja Pohon” berkata sesuatu, maka setiap anak harus mengikuti perintahnya. Maka yang tampak hari itu adalah adegan penuh kelucuan. Jika “Raja Pohon” mengatakan “Angkat tangan kanan!” maka serentak seluruh anak-anak mengangkat tangan kanannya.




Dari Rumah Anggrek, dengan berkelompok dan diiringi lagu Naik-Naik ke Puncak Gunung, mereka lalu menuju ke deretan pohon pinus. Disana mereka belajar tentang batang dan struktur pohon pinus dengan sangat sederhana, belajar tentang kegunaan pohon pinus, dan mendengarkan dongeng tentang pohon pinus dari para relawan yang mengawal mereka sepanjang perjalanan. Dongengnya menceritakan tentang kisah sebuah biji pinus yang takut belajar terbang dan akhirnya dengan penuh keberanian iapun berani terbang. Dengan keberaniannya itu, biji pohon pinus ini akhirnya mendarat di tempat baru dan menjadi pohon baru. Inti dari cerita ini adalah tentang keberanian. Maka setelah dongeng itu berakhir, bertebaranlah seluruh anak-anak mencari biji pohon pinus dan mereka begitu bangganya dengan biji pinus yang sudah berani terbang.




Setelah itu, mereka menuju Jalan Astrid. Jalan Astrid adalah salah satu jalan di Kebun Raya Bogor. Dinamai demikian untuk mengingat kunjungan Putri Astrid dan suaminya Pangeran Leopold dari Belgia sewaktu mereka berbulan madu tahun 1928 ke lokasi ini. Mereka senang sekali ketika tahu bahwa seorang putrid Raja pernah daaing ke jalan ini. Diarea ini penuh dengan pohon kana. Siapa sangka jika bunga Kana ternyata berasal dari Amerika? Warna bunga Kana yang ditanam di sepanjang Jalan Astrid adalah hitam, merah, kuning, sebagai symbol warna bendera Belgia. Anto dan kelompoknya dibantu dengan para relawan belajar tentang proses penyerbukan dengan sangat sederhana. Mereka belajar tentang warna-warna yang dimiliki bunga kana dan bernyanyi lagu Kebunku.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke sederetan pohon damar. Pohon Damar yang tingginya bisa sampai 1-2 m, berasal dari Sumatra, Kalimantan dan Malaysia. “Pohon minumnya dari akar, ya Kak?” tanya Asep yang masih kecil itu. Di tempat ini mereka belajar tentang perbedaan pohon pinus dan pohon damar. Para relawan membiarkan anak-anak meraba batang pohon dan menyadari bahwa daun pohon damar lebih tebal dibandingkan pohon pinus. Para relawan juga menjelaskan bahwa Daun adalah pabrik makanan. Daun dengan zat hijau daunnya apabila terkena panas matahari dan ditambah air, akan diubah jadi makanan. Sinar matahari sebagai kompornya, sedangkan daunnya ibarat panic untuk memasak makanan, dan airnya diambil dari tanah. Asep pun belajar bahwa batang kayu pohon ini bisa digunakan untuk meja dan kursi, dan mengandung resin (getah pohon), yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat, cat, percetakan, dan minyak wangi. “Wah meja di kelas itu asalnya dari pohon ini , ya Kak?’” ata Dina dengan takjubnya. Ia adalah satu dari anak-anak yang senang dengan cara belajar diluar kelas seperti ini, “Beda sekali rasanya dengan belajar di kelas kami yang panas itu”.




Tidak jauh dari deretan pohon damar, mereka belajar tentang komunitas kolam. Kolam yang mereka temui adalah kolam teratai raksasa yang asalnya dari hutan Amazon, Brazil. Teratai yang dikenal dengan Victoria amazonica ini pertama kali dikenalkan oleh Haenkel tahun 1801 yang menemukannya di Bolivia. Anak-anak itu langsung bermain dan memegang daun teratai raksasa, setelah kakak relawan mereka mengatakan bahwa daun ini sanggup menahan berat anak kecil yang duduk diatasnya. Meskipun mereka tidak bisa mencoba duduk diatas daun itu, tapi mereka senang dengan penjelasan yang diberikan.

Dari kolam, mereka langsung menuju lokasi yang sudah disiapkan oleh para relawan KKS Melati. Setelah makan siang, mereka langsung mendengarkan acara sulap dari Sang “Raja Pohon” dan beberapa dongeng. Acara sulap menjadi menarik sekali ketika sang “Raja Pohon” mengajak anak-anak bermain sulap. Dian yang masih kecil senang sekali karena berhasil bermain sulap. Dongeng hari itu disampaikan oleh relawan cilik kami, Audrey yang masih kelas 2 SMP dan Ghia yang masih kelas 2 SD. Mungkin karena yang mendongeng masih kecil, anak-anak itu jadi semakin tertarik. Mereka mendekati Audrey dan Ghia serta mendengarkan cerita yang disampaikan. Sang Raja Pohon pun tak kalah dengan relawan cilik tadi. Ia mendongeng tentang bunga dan lebah, cocok sekali dengan suasana di KRB. Berbagai permainan diadakan dan hadiah-hadiah betebaran. Hari itu, paket sekolah dari RCTI peduli, Tabloid Fantasy, Majalah Cool n Smart, dan hadiah-hadiah sumbangan relawan kami dibagikan untuk mereka. Diakhir acara, anak-anak SAJA mempertunjukkan kebolehan mereka. Mereka bernyanyi, menari dan bersenam.







Sudah dua kali KKS Melati, berinteraksi dengan anak-anak SAJA dengan program taman bacaan keliling yang mereka miliki. Luar biasa antusias anak-anak di kolong jembatan tol ini akan buku cerita. Mereka begitu haus akan buku pengetahuan dan bacaan serta begitu senang dengan dongeng yang disampaikan oleh relawan KKS Melati.



Semoga melalui kegiatan ini, kami dapat menularkan "Virus" empati kepada rekan-rekan yang lain, untuk membuat Jakarta menjadi lebih baik dan bersama-sama bergandengan membantu mereka yang membutuhkan!

RN,20/8/03

4 comments:

L. Pralangga said...

Dearest Rini,

Perhaps the common thing between you and I are the passion to serve others more than self. Keep up the excellent work that this willperhaps brings back satisfactions and more people inspired by our work, as you do it nationally for our home, while I happen to take the farthest route in Africa!, may we meet back home and do great projects for the well being of the people. Cheers!

Anonymous said...

dear rini,

let me introduce myself. sy jg adlh seorg guru di bogor yg senang sekali dg anak2 dan kehidupannya. boleh sy tahu kegiatan sekolah anak jalanan anda? apakah ada yg serupa di bogor? sy sgt terharu membaca cerita anda dan ingin berbuat lebih banyak utk yg lebih membutuhkan.pls send me info on my email hateromances@yahoo.com.
thanks a lot, putri

Anonymous said...

Dear Rini,

Sebelumnya maaf, aku cuma mau ngritik dikit, kalau masih ada beberapa tulisan kamu masih ada yang sebenarnya tak perlu ditulis. Tapi selebihnya artikelnya bagus-bagus. Teruzin ya, hobimu menulis! Aku juga suka menulis!

Anonymous said...

waa.. saya sedang mencari artikel tentang anak2 jalanan . saya bingung, di mana mereka tinggal ? di mana ortu mereka ? bagaimna mereka hidupp ? anak2 jalanan di bogor banyak yang ptus sekolah . padahal sekolah sudah digratiskan . itulah yang saya bingung . kenapa masih ada saja yang tidak bersekolah ? saya ingin sekali mendirikan sekolah anak jalanan .hhuuu .. namun saya masih duduk di bangku smp (kelas 3) . saya ingin sekali pendidikan di indonesia maju . eaa . haha . tapi serius . bagaimana caranya mendirikan sekolah seperti itu ? tolong dijawab . saya di bogor . anda bisa hub saya di email saya : suterapramitaratri@yahoo.com